Memahami Alam (Bagian 1)


Hal yang sangat memprihatinkan dalam perkembangan Bangsa Indonesia belakangan ini adalah bahwa semakin modern perkembangan jaman ternyata tidak begitu menjamin semakin baiknya penalaran masyarakat Indonesia. Hal ini nampak jelas dalam kehidupan sehari-hari, contoh yang sederhana adalah pemikiran yang terbentuk ketika terjadi suatu fenomena alam.

Beberapa waktu yang lalu ketika terjadi bencana banjir opini yang santer terdengar adalah banjir tersebut terjadi karena azab, apakah karena suatu daerah itu dipimpimpin oleh orang kafir atau azab karena perayaan tahun baru. Baru-baru ini juga terjadi fenomena alam yang terjadi setiap tahunnya pada bulan Desember-Januari yang menyebabkan siang menjadi lebih lama daripada malam. Secara ilmu pengetahuan hal ini disebut sebagai gerak semu matahari, di mana matahari bersinar di sebelah bumi selatan katulistiwa. Dan sejak kelas 4 SD mungkin kita dulu sudah belajar tentang hal itu. Namun apa yang tidak opini-opini yang sering terdengar adalah bahwa fenomena siang yang lebih panjang daripada malam dikait-kaitkan dengan datangnya hari akhir, bahkan tidak jarang orang-orang memposting ayat-ayat kitab untuk mendukung pendapatnya. Apalagi dengan adanya kata-kata konspirasi, nalar dan nlogika langsung mati. Padahal dengan teknologi informasi kita bisa mencari informasi yang lebih banyak tetapi sayang doktrin-doktrin kebencian dan ketakutan begitu kuat sehingga penalaran menjadi kabur.

Hal yang menghawatirkan dalam perkembangan jaman saat ini adalah kehilangan kemampuan menalar tidak hanya dialami oleh anak-anak di bawah umur atau orang-orang yang mendapatkan pendidikan yang kurang memadai, namun seringkali kehilangan nalar seringkali dialami oleh sarjana-sarjana bahkan master-master lulusan Perguruan Tinggi ternama di Indonesia seringkali mengeluarkan statement di luar penalaran akal sehat. Saya jadi bertanya-tanya apa yang salah dengan sistim pendidikan di Indonesia. Mengapa nalar seakan-akan menjadi barang yang langka di tengah peradaban modern di mana teknologi informasi sudah menjadi santapan kita sehari-hari. Mungkin ada benar jika dulu ada seorang kawan yang pernah berceloteh, "Welcome to the dark age, Indonesia."

Sebagai manusia yang beragama tentunya kita meyakini keberadaan Tuhan dan hal-hal supra-rasional lainnya yang melebihi logika berfikir manusia, namun sebagai makhuk berakal budi ada baiknya kita mencoba menalar yang ada di depan mata kita dan menginstropeksi hidup kita untuk mencari jalan yang terbaik dalam menyelesaikan masalah hidup. Adzab memang ada dan Tuhan memang ada tetapi jangan mengkambing hitamkan adzab dan Tuhan atau manusia lain untuk menutupi kesalahan yang kita lakukan.
Memahami Alam (Bagian 1) Memahami Alam (Bagian 1) Reviewed by Admin on September 12, 2015 Rating: 5

Tidak ada komentar

Masterchef

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →